Wednesday, December 12, 2012

Men Variety

Laki-laki itu bukan hanya seperti ayah, yang mencintai ibu juga menyayangi anaknya.
Tidak hanya seperti kakak laki-laki, yang slalu ingin membuat adiknya tersenyum bahagia.
Laki-laki juga seperti  kawan sekolahku, yang dengan bangga bercerita telah mempermainkan wanitanya.
Laki-laki juga seperti pacar temanku, yang katanya  begitu setia, rela berkorban untuk dia.
Laki-laki juga seperti Andra, yang tak bisa hidup tanpa wanita.

Laki-laki juga seperti Toni, yang terlanjur suka memanfaatkan para wanitanya.
Seperti Rio, yang senang menjadi supir kekasihnya.
Seperti Yanto, yang selalu menyanjung dan membanggakan pacarnya.
Separti Wayan, yang hanya membutuhkan wanita untuk memenuhi birahinya.

Laki-laki juga seperti Aldi, yang senang memanjakan kekasihnya.
Seperti Ferdi, yang suka menjadi benalu, morotin harta ceweknya.
Seperti tetanggaku, yang hobbi menceraikan wanita.
Seperti Amin, yang tidak suka wanita, tapi mencintai sesama jenisnya.

Laki-laki juga seperti pak guruku, yang dikhianati wanita tercintanya.
Seperti warto, yang gila karena ditinggal mati kekasihnya.
Seperti Teguh, yang tanpa putus asa mencari wanita walau jarang mendapatkannya.
Seperti Jamal, yang terus terang sangat membutuhkan kasih sayang wanita.

Laki-laki juga seperti Arman, yang lebih suka menjadi wanita daripada mempertahankan jenis kelaminnya.
Seperti Lukman, yang tulus mencintai kekasihnya apa adanya.
Seperti ustadz di sana, yang katanya taat pada agama, tapi slalu menyiksa wanitanya.
Seperti Raka, yang masih menderita karena perselingkuhan istrinya.

Laki-laki juga seperti Kaka, yang slalu menghormati setiap wanita.
Seperti Deni, yang menjadikan wanita sebagai obyek fantasi mesumnya.
Seperti Gio, yang menganggap pacarnya sebagai pengganti ibunya yang telah tiada.
Seperti Tirta, sang kolektor wanita.

Laki-laki juga seperti  Firman, Aji, Tedi, Edward, Jacob, David, Romeo, Hendra, Muhsin, Bagas, Somat, Fendi, Wahyu, Arjuna, Yesus, Muhammad,…,…,…,…,……………………………………….
Entah ada berapa macam lagi laki-laki di dunia. Tak ada yang tahu pasti jawabnya

Jika engkau adalah laki-laki, beritahu aku, ada berapa jenis lagi sebenarnya dirimu?
Dan jika engkau adalah wanita, ketahuilah, laki-laki tak hanya satu macam saja. (Begitu juga dengan wanita).
Seperti apa laki-laki yang kau tahu?



(Mohon maaf jika ada kesamaan nama atau sifat laki-laki di atas, semua nama tertulis tanpa sengaja)

Sunday, December 2, 2012

Seven or Poker??

Di sudut sebuah ruangan, empat anak manusia tampak duduk melingkar saling berhadapan. Masing-masing tangan kirinya memegang beberapa kartu hati (heart), waru (spade), keriting/clover (club), juga wajik (diamond) dengan angka dan huruf yang telah diacak. Kartu remi, begitu mereka menyebutnya.


Satu per satu secara bergantian kartu diletakkan, diurutkan berdasarkan nilai sang kartu, serta dikelompokkan sesuai suit atau jenisnya. Jika berkesempatan main namun tidak ada kartu yang sesuai, maka kartu 7 dari suit manapun bisa dimainkan. Tapi,  jika kartu 7 pun tak ada, dengan terpaksa satu kartu harus rela dimatikan. Itu peraturannya, peraturan bermain seven.

Seven merupakan satu dari berbagai macam permainan kartu, selain remi, poker, cangkulan, 41, dan masih banyak lagi. Tak hanya mengurutkan kartu, bermain seven juga harus menggunakan taktik. Kartu mana yang harus dikeluarkan lebih dulu, dan kartu mana yang harus disimpan. Licik, saling membunuh lawan, begitulah cara untuk menang.

Lain seven, lain lagi poker. Dalam permainan poker, kartu 2 (poker) menjadi kartu yang bernilai paling tinggi. Tidak seperti seven yang dalam permainannya kartu dimainkan satu persatu, dalam poker beberapa kartu bisa dimainkan sekaligus, asal kartu-kartu tersebut berupa kombinasi one pair, two pair, flush, full house, straight, dsb. Sama seperti seven, bermain poker juga membutuhkan strategi untuk menang.

Dalam poker, setiap kartu yang dimainkan harus dilawan dengan kartu yang bernilai lebih tinggi. Pemegang kartu tertinggi punya banyak kesempatan untuk menang. Poker mempunyai lebih banyak peraturan daripada seven. Terkadang setiap tempat atau daerah punya peraturan dan gaya bermain masing-masing. Tidak heran jika peraturan disini mungkin berbeda dengan di tempat lain.

Poker atau seven, apa pun permainannya, bagaimana pun strateginya, adalah permainan yang menggerakkan pikiran, How to win. Siapa yang banyak akal, dialah yang menang. Asal tidak pakai taruhan (perjudian). Silahkan cerdik, boleh licik, hanya dalam permainan, seven atau poker. Bukan dalam kehidupan. So, what will you play? seven or poker?

Wednesday, November 28, 2012

Kisah Si Jambu Mede


Siapa sih yang ga' suka makan coklat, apalagi yang di dalamnya terselip kacang mede yang gurih abiies. Nah, ngomong-ngomong soal kacang mede nih, Wd n her friend punya cerita yang sedikit lucu bin konyol. Wd yang dulu  ngrasa pernah nyicipin si jambu mede alias jambu monyet tapi ternyata lupa bagaimana rasanya, penasaran pingin nyicipin lagi. Alhasil  waktu ngeliat buah dengan warna dan aroma yang menggoda ini, Wd ngotot banget pengen gigit tuh buah. Tapi tunggu dulu.., cerita tak berawal dari situ.

Wd emang penasaran banget bagaimana rasa si jambu mede, tapi ga' terlalu peduli dengan biji mede yang  menempel unik di atas buah mede tersebut. Nah waktu Wd lagi nyicipin si jambu mede yang ternyata rasanya tak seenak yang Wd kira, Wd's friend alias temen Wd tiba-tiba tergoda untuk mengambil biji mede yang waktu itu mau Wd buang. Ternyata si teman Wd juga penasaran, tapi bukan sama buahnya melainkan sama si biji mede. Membayangkan enak dan gurihnya kacang mede yang tersimpan di dalam biji tersebut, si temen Wd pun berniat membakar biji itu.

Biji mede pun dibakar. Tidak di atas kompor atau perapian yang layak lainnya, melainkan di atas sebuah lilin yang sedang menyala (waktu itu sedang tidak tersedia kompor,etc). Biji mede dibakar dengan ditusukkan di sebuah kawat tajam (sebut saja jarum). Anehnya, biji mede yang sedang dibakar tiba-tiba mengeluarkan semburan gas bercampur api yang membakarnya. Temen Wd yang masih mengidamkan kacang mede bakar tidak menggubris hal itu, dia tetap membakarnya dengan sepenuh jiwa. Tidak peduli dengan gas api yang semakin meletup-letup, teman Wd justru menikmati semburan gas yang menyerupai kembang api itu.

Wd tak tinggal diam. Penasaran dengan semburan gas yang muncul dari biji mede yang sedang dibakar, Wd pun mengambil biji mede  lain untuk diteliti.
Wd membela biji tersebut dengan sebuah pisau, dan ternyata sangat susah. Biji tak terbelah, yang ada malah keluar semacam cairan lengket. Semakin dicoba dibelah, semakin banyak pula cairan yang dikeluarkan. Wd tak putus asa. Dicobanya untuk menggigit si biji mede. Tapi, upz, biji mede yang sedang digigit lagi-lagi mengeluarkan getah, dan rasanya begitu getir  menempel di lidah. Tak kuasa menahan getir, Wd pun langsung mencuci mulut dengan segala sesuatu yang bisa menghilangkan sang getir. Tapi nihil, sang rasa getir enggan menghilang dari lidah.

Wd n her friend pikir cairan itulah yang mengandung suatu zat, yang entah apa namanya, sehingga dapat mengeluarkan semburan gas saat dibakar api.  Wd's friend yang masih penasaran dengan biji mede bakarnya berniat untuk membuka si biji mede dengan maksud mengeluarkan kacang mede yang terselip di dalamnya. Tak bisa dibuka dengan suatu alat, si temen Wd pun menggigitnya. Kejadian yang sama pun erulang. Getah getir si biji mede menempel di lidah temen Wd. Selang beberapa jam berlalu baru disadari bahwa getah tersebut tak hanya mengenai lidah, tapi juga sedikit bagian bibir dan jari tangan yang tadi memegangnya. Dan parahnya, si getah telah membuat iritasi kulit yang ditempelinya. Ow.ow..

Usut punya usut, ternyata biji jambu mede ini dikelilingi oleh cangkang ganda yang mengeluarkan getah yang mengandung urushiol, yang dapat mengakibatkan iritasi pada kulit manusia. Sayangnya Wd n her friend yang memang bukan orang sains n jarang baca-baca sains juga, baru mengetahuinya. Hmm, lo' udah tau mungkin ga' bakal ada cerita konyol ini.hehe.

Welcome Back


Lagi dan lagi, Wd kabur dari dunia maya. Tapi untungnya kali ini Wd masih bisa balik  buat nengokin blognya yang hampir porak poranda. Thanks God masih diberi kesempatan buat ngebersihin sarang laba-laba yang sudah memenuhi  blog Wd. Capek juga rasanya abis ngedekor, ngecat ulang, menyapu bersih kotoran-kotoran yang udah bikin blog ini usang.

Sorry ya blog, udah terlalu lama nelantarin kamu. Lama juga ga' ngerefill kamu dengan tulisan-tulisan atau sekedar sapaan. Sebenernya sih ga' da sedikit pun niat buat ga' menyapa mu, apalagi  ninggalin kamu. Cuma, tak ada kesempatan . Terlalu disibukkan dengan dunia nyata, hingga tak acuhkan mu di dunia maya. Sibuk menghibur diri, menata hati, mengembalikan senyum Wd yang telah lama pergi.hihi.

But don't worry baby.., now Wd is back with a wonderful smile. Senyum untuk Wd, untukmu, untuk semangat baru yang menggebu-gebu. Semangat untuk hidup, berkarya, menggapai cita yang terukir indah di angkasa. Ye.ye.. (maaf sedikit alay ^.^). And now, please welcome, Wd Azure.

Nostalgia Dunia Maya

Beranjak pagi. Langit masih gelap, pekat, tak ada bintang yang terlihat. Bulan redup, mendung menutup. Namun mata ini masih enggan mengatup. Jari-jari tangan ini masih lincah menari di atas keyboard, menemani wajah yang kian lama kian lelah tapi masih ingin tetap terjaga di depan laptop. Entah sudah berapa lama mata, tangan, wajah, dan raga ini tak bersua dengan dunia maya, terlalu sibuk dengan dunia nyata. Hampir tiga bulan ini rasanya, ku biarkan blog kecilku ini tak terjamah. Tiga bulan penuh kisah, penuh cerita. Kisah kehilangan, cerita kesedihan yang tanpa sadar berlalu begitu saja. Tak tertuliskan oleh kata.

Lelah menjelajahi dunia nyata. Kini ku coba kembali menelusuri dunia maya. Menyapa kawan-kawan lama. Merangkai kata demi kata. Mencari-cari yang tak ada, yang tak ku temui dalam dunia nyata. Aku larut begitu lama, terbuai sang maya, membuatnya seolah nyata. Aku terlena, terlintas dalam benak untuk me'maya'kan dunia nyata. Tentu tak bisa. Hanya mampu menuliskannya kata demi kata, lalu melepaskanya di dunia lain, dunia maya.





Friday, August 31, 2012

Nothing to Say

Aku terbangun menunggu pagi, menanti sedikit cahaya menerangi. Seperti biasa, tak ada yang berbeda. Kau masih di sampingku saat itu, begitu setia, tanpa mengeluh menemaniku, selalu membantu setiap aku butuh. Begitu pun dirinya, slalu ada, tak pernah jauh darimu, dariku. 

Tak pernah sekali pun terlintas di benakku untuk meninggalkanmu, walau ku tahu tubuhmu sudah mulai rapuh, tak sekuat dulu. Walau terlalu banyak godaan untuk mencari yang baru, tapi aku, tetap padamu. 

Kau tahu, meski sering ku tak acuhkanmu, bukan berarti ku tak pedulikanmu. Aku, diriku, hatiku hanya untukmu. Tapi kenapa kau pergi? tak menemaniku sampai nanti. Kau pergi tak sendiri, kau pergi bersama dia, juga dirinya.

Kau, dia, dan dirinya, tak ada yang berbeda, begitu sama. Sama setia, sama indah, sama-sama ku cinta. Tak ada iri, tak ada benci. Hanya sedikit rasa sedih karena kini aku, kau, dia, dan dirinya tak lagi bersama. Selamat tinggal, selamat jalan. Kenangan-kenangan indah kita takkan pernah terlupa. 

*written for them, my best companions (Elviolet, SEpurple, SEblack), whom have gone at shocking friday morning. baek-baek ya di sana..^_^


Tuesday, August 28, 2012

Aku 'masih' Perempuan

Aku perempuan.,

Parasku paras perampuan,
tak ada kumis, tak ada jenggot,  parasku masih cantik, meski sering ku coba merubahnya menjadi tampan

Tubuhku tubuh perempuan,
tak ada dada bidang, tak ada pundak lebar, tubuhku gemulai dengan payudara dan pinggul lebih besar

Tanganku tangan perempuan,
Tak berotot kuat, berkulit  halus, berjari lentik lembut khas perempuan

Kaki, kulit, hati, dan perasaanku perempuan
Suaraku suara perempuan
Tubuhku tubuh perempuan
Aku, diriku terbungkus dalam bingkai berwujud perempuan

Meski lebih senang ku menggunakan peci, lebih tertarik bermain bola daripada boneka. Lebih suka memakai kemeja daripada gaun berendah. Tapi aku 'masih' perempuan. Sampai nanti, sampai mati, aku tetap perempuan.




Saturday, August 11, 2012

Sesunyian Malam

Kau tahu kenapa malam begitu gelap?
Karena jika terang, apa guna bulan dan bintang, ah.

Kau tahu kenapa malam begitu sunyi?
Malam tak selalu sunyi, hanya keheningan yang berpura-pura
Kau dengar itu, jeritan-jeritan mimpi buruk para tuna wisma
Di sini, apa kau mendengarnya? rintihan-rintihan kering anak manusia
Di atas sana, mengudara desahan para petinggi tua
Nyanyian-nyanyian sendu dunia nyata, bukan fatamorgana
Tidakkah kau mendengarnya?

Malam tak pernah sunyi, tak pernah sepi
Tak ada hening, yang ada hanya bising
Bising suara yang tak slalu tersuarakan,
Tak pernah terhiraukan,
Hanya bisa dirasakan, jika kau mengindahkan



Friday, August 10, 2012

Pained

Shit!! Why should I be their daughter? Why not another? Why should I live in a family like that? No, it’s not a family. It’s a hell. Why should I have parents like them? Why me? Why not Lusy, Tya, or Bella? Why couldn’t I be like them? To be like Lusy who is always spoiled by her parents and gets everything she asked. To be like Tia who is always given love and affections by their parents. To be like Bella who gets freedom but still always in her dad and mom’s attention. Why me, God? Why?

I drive my Ferrari as fast as possible, without any direction. I don’t know where I have to go. An old man curses me because I brush his bicycle, but I don’t care. I increase my speed again and again. I’m lucky because the street is quiet, otherwise I may be dead. Death, it may be better than living with full of finance without anyone cares. Dad, mom, they all are just the same. They go early morning and go home when the cock is crowing. Not only that, they always quarrel all time around the house, makes me not feeling home. Have they ever thought about me? About their only daughter who always miss their love and affection.

I have just arrived in the town square. I don’t know why I’m here. I move my car to the left side and leave it there. I go out to whiff the fresh air, walking to the long desk under the tree. May be  by sitting there I can feel calm. But I’m still confused, nausated. I angry. I hate them very much, I hate my mom, my dad. I can feel my tears in my eyelid, but I cannot cry. No, I’m forbidden to cry. I take a deep breath then try to be calm.

It’s 7.45 in the morning. I look around,  in my left side I see a group of people wearing yellow, they sweep and clean the park with joking, laughing. They laugh, while I’m pained and it’s so poignant. In front of me, a women looks busy preparing her trade. I know that she works for her family, for her daughter who is sittinng next to her. And  I aware, my dad and mom also work for their family, for me, their only child. But it’s not what I want. They let me full of  finance, neglect me without any love and affection. I see many beggars around me, with their miserable face and old faded dress they ask coin to everyone across. I really see the opposite of my life. Without any asking and order my parents will give me much of Dollar in my bill. But I don’t need that, I just need my parent love and attention. Should I beg  to get them? Oh God, I ought to thank you. But should I thank because living in a family which I like to call it a hell?

A woman, looks like a young mother, comes to me. Her blue dress is very tidy. She brings an elegant black bag in her hand, and I see a small box there, it’s like a birthday present. The women sits next to me and invite me to chat. She is a mother, she wants to go to her son school to give him a present because her son get the best grad in his class. A very shorth chatting, but I don’t know why, I feel so pained. Maybe because I’m jealous with her son, certainly. I never get a present from my parent like him, altough I’ve ever get the best grad in my school, because they don’t know that, they never care me. What a hell with them. Will they care me? When? They only care about finance. That’s what I know.

I look at a restaurant, not far in front of me. A black Bugatti comes in parking area. I guess I know that car. A man wearing a coat comes out, I see gray hairs in his head. He turns around, then opens the left dor. He takes a beautiful women with him. I’m stressed and really shocked. The woman next to me is aware what I feel. She tells me that the woman I’m looking at is a whore or prostitute who likes to date with old men. That’s a common thing she said. She also tells me not to be shocked. But I don’t care what the woman said. I don’t care who the woman I see is. I don’t care whether she is a whore or prostitute, I don’t care. And I’ll never care about that. What I think and makes me shocked is that man. The man who wears a coat and has gray hairs on his head is someone I casually call him ‘dad’. Yes, he is my dad, and I’m really sad, shocked. And once more, I’m pained.

Thursday, August 9, 2012

Betina Kucing (part 1)

Beberapa minggu lalu saya mendapati kucing betina di rumah saya sedang hamil besar, entah itu kehamilan yang ke berapa. Mungkin yang pertama kali, sebab seingat saya beberapa bulan sebelumnya kucing tersebut masih remaja.

Untuk ukuran kucing betina, dia tidak terlalu cantik. Dia memiliki bulu bewarna campuran hijau tua, coklat dan hitam, kalo' orang jawa bilang wulu krawu. Parasnya biasa saja, tidak jauh beda dengan kucing-kucing lainnya. (saya tidak terlalu mengerti tentang kecantikan kucing, tidak seperti teman saya yang bisa menilai atau membandingkan kecantikan kucing dengan manusia, bahkan menurut teman saya itu ada kucing yang parasnya mirip Wulan Guritno atau Luna Maya. Ada-ada saja).

(kembali ke kucing). Kebiasaan dia yang paling melekat di benak saya adalah dia selalu mengeong setiap kali mendengar suara denting piring, sendok, atau suara lainnya dari ruang makan. Ngeongannya yang manja membuat saya selalu menyisihkan sisa lauk serta nasi untuk dia makan. Dengan senang dia akan melahapnya.

Tapi malam tadi sedikit berbeda. Dia hanya memandangi piring plastik berisi nasi dan lauk yang saya sodorkan kepadanya. Tumben, pikir saya. Jangan-jangan dia mau melahirkan. Saya berkesimpulan demikian karena beberapa hari terakhir dia juga bertingkah yang aneh pula, lebih manja dari biasanya. Dia lebih sering menggosok-gosokkan tubuhnya di kaki siapa pun yang berdiri di dekatnya, mencari perhatian, mungkin berharap ada yang mau mengelusnya. Malam itu saya tidak terlalu memperdulikan, toh kalau nanti dia lapar, dia pasti makan.

Menjelang pagi saya mendengar ngeongan bayi-bayi kucing dari samping rumah. Perkiraan saya benar, rupanya dia telah melahirkan anak-anaknya. Di sebuah kardus, di atas papan kayu, di sana saya dapati tiga ekor bayi kucing tergeletak bersama segumpal tipis serupa daging berwarna merah, yang mulai didatangi semut. Itu ari-arinya.  Si kucing betina tak tampak di sana. Entah kemana dia pergi, sedang mencari makan barang kali. Tapi sepertinya tidak mungkin, karena biasanya jika dia lapar, dia akan mengeong di depan pintu dapur saya. Yang jelas dia telah meninggalkan anak-anaknya di tempat yang kurang nyaman menurut saya. Apalagi di sana terdapat ari-ari yang semakin lama mengundang semakin banyak semut. Bisa saja semut-semut itu juga akan mengerubungi bayi-bayinya.

Setahu saya, seekor kucing yang telah melahirkan, dia akan menyingkirkan ari-ari yang keluar bersama anak-anaknya, biasanya dengan cara dimakan. Tapi kucing betina ini tidak melakukannya. Mungkin ini pertama kalinya dia melahirkan. Jadi belum tahu atau belum berpengalaman. Ini kucing, kucing betina, bukan sapi, kambing , apalagi anjing. Lo' manusia mungkin ceritanya bakal beda. Sekali lagi ini kucing, kucing betina di rumah saya. Masih banyak cerita tentang betina-betina lainnya.

Friday, July 13, 2012

CERITA SESAAT*

(Translated from Ernest Hemingway’s a very short story)

Suatu petang yang panas di Padua, mereka membawa lelaki itu naik ke atap membuatnya melihat seluruh puncak kota. Burung-burung cerobong asap tampak di angkasa.  Sesaat kemudian hari beranjak gelap dan sorot-sorot lampu pun mulai bermunculan. Beberapa dari mereka turun mengambil botol. Lelaki itu dan Luz bisa mendengar mereka di bawah, di sebuah balkon. Luz duduk di atas tempat tidur. Ia tampak sejuk dan segar di malam yang gerah.

Luz tinggal untuk bertugas malam selama tiga bulan. Mereka senang  Luz disana. Ketika mereka mengoperasi lelaki itu, Luz lah yang menyiapkan meja operasi untuknya; dan mereka pun bersenda gurau tentang teman atau suntikan. Lelaki itu mulai tak sadarkan diri, memegangi dirinya sendiri kuat-kuat, hingga tak sepata katapun keluar dari mulutnya selama pembicaraan yang konyol itu. Setelah lelaki itu menggunakan kruk, biasanya ia akan langsung mengukur suhunya, jadi Luz tak perlu repot-repot beranjak dari tempat tidur. Hanya ada sedikit pasien disana, dan mereka semua tahu itu. Mereka menyukai Luz. Selama berjalan kembali menyusuri lorong-lorong, lelaki itu memikirkan Luz di tempat tidurnya.

Sebelum lelaki itu kembali ke sektor, mereka berdua pergi ke Duamo dan berdoa. Redup dan tenang, beberapa orang juga berdoa disana. Mereka ingin menikah, tapi tak ada cukup waktu untuk menikah resmi di gereja, akte kelahiran pun mereka tak punya. Mereka merasa seolah-olah telah menikah, mereka ingin semua orang tahu itu, dan untuk mewujudkannya mereka berdua tidak akan menyerah.

Luz menulis banyak surat yang tak pernah lelaki itu terima sampai genjatan senjata  usai. Lima belas surat datang ke sektor secara bersamaan, lelaki itu mengurutkannya sesuai tanggal lalu membaca semuanya saat itu juga. Semua bercerita tentang rumah sakit, tentang betapa besar Luz mencintainya, tentang bagaimana mungkin sejauh ini berlangsung tanpa dirinya, dan betapa sakit saat merindukannya di malam hari.

Setelah genjatan senjata, mereka setuju lelaki itu pulang untuk mencari pekerjaan dan selanjutnya mungkin menikah. Luz tidak akan pulang sampai lelaki itu mendapat pekerjaan yang bagus, dan datang ke New York untuk menemuinya. Semua tahu, lelaki itu takkan mabuk, tak ingin menemui teman-temannya atau siapapun di Amerika. Hanya untuk mencari pekerjaan lalu menikah. Di kereta dari Padua ke Milan mereka berselisih tentang ketidaksediaan Luz untuk sekalian pulang. Ketika mereka harus berpisah di stasiun Milan, mereka berciuman yang tentunya tidak diakhiri dengan pertengkaran. Lelaki itu merasa sangat sakit berpisah seperti itu.

Lelaki itu pergi ke Amerika menggunakan kapal dari Genoa. Luz kembali ke Pordonone untuk membuka rumah sakit. Saat itu suasana sepi dan hujan, ada batalion arditi yang bermarkas di kota itu. Tinggal di kota hujan yang becek membuat mayor batalion itu bercinta dengan Luz, dan Luz tak pernah kenal orang italia sebelumnya. Pada akhirnya ia menulis surat ke Amerika dan mengatakan bahwa cinta mereka hanyalah cinta monyet. Luz meminta maaf, ia tahu lelaki itu mungkin takkan mengerti, tapi Luz yakin suatu saat nanti ia akan memaafkan Luz dan berterima kasih padanya, dan Luz berharap, tanpa diduga-duga sama sekali, ia akan menikah di musim semi. Luz selalu mencintai lelaki itu, tapi sekarang ia sadar bahwa cinta mereka hanyalah cinta monyet. Ia berharap lelaki itu akan mendapat pekerjaan yang hebat, dan ia sangat percaya itu. Luz tahu bahwa inilah yang terbaik.

Mayor itu tidak menikahi Luz di musim semi, atapun musim-musim lainnya. Luz juga tak pernah mendapat balasan atas suratnya ke Chicago. Tak lama setelah lelaki itu tertular gonoria (penyakit kencing nana) dari seorang pramuniaga di putaran swalayan saat naik taxi melewati Lincoln Park.

*Tugas matkul Advanced Translation jaman dulu-dulu...:)