Saturday, May 25, 2013

Sedang Di Gunung

Aku sedang di gunung,
tidak mendaki, melainkan menunggangi kuda besi.

Aku sedang di gunung,
bukan camping, hanya traveling.

Aku sedang di gunung,
bukan di tengah hutan, tapi di pemukiman.

Aku sedang di gunung,
tak ada air terjun atau air mancur, yang ada hanya air yang dipancurkan, dari kran.

Aku sedang di gunung,
tak ada api unggun, hanya ada neon di atas ubun-ubun.

Aku sedang di gunung,
ku temui pohon-pohon tinggi, tapi kalah tinggi dengan tower IM3.

Aku sedang di gunung,
tak lagi sejuk dan dingin.

Aku sedang di gunung,
tapi banjir.

Aku sedang di gunung,
tapi macet, polusi.

Aku sedang di gunung.
Aku, sedang di gunung.
Aku sedang di gunung, tapi.,
Apa aku sedang di gunung?

Sunday, May 12, 2013

Menyoal Cinta

Pernah jatuh cinta? Aku hanya bisa tersenyum mendengar kalimat itu. Cinta. Mungkin sudah lama aku tidak jatuh cinta. Atau aku sedang merasakannya? Sekilas terbayang sosok laki-laki tampan yang tiba-tiba muncul saat aku menggumamkan kata itu. Entah Mengapa. Masih ku ingat jelas, senyumnya, tatap matanya. Ah, apa ini cinta? Entahlah.

Cinta, cinta, dan cinta. Jujur aku tak pernah mengerti apa sebenarnya cinta. Waktu kecil dulu, saat kakak tingkat di sekolah memberi ku secarik kertas bertuliskan kata cinta, aku malu, tapi senang. Aku tahu itu bukan cinta, itu hanya suka. Beranjak sedikit dewasa, saat terbiasa menggunakan kata cinta dengan seseorang, selalu ku merasakan sesuatu saat dia menghilang, di dekatnya aku tenang, dan  inginku selalu membuatnya senang. Apa itu cinta? atau sekedar sayang? apa beda cinta dan sayang?

Lalu, saat aku tergila-gila akan sesuatu, seperti pada langit yang biru itu. Semuanya tiba-tiba menjadi biru. Kamar biru, baju biru, tas biru, sepatu biru, laut, sampai klub sepakbola kesayanganku pun menjadi biru. Semua yang biru aku buru. Aku bilang, aku jatuh cinta kala itu. Apa benar cinta seperti itu? Tidak, tidak. Aku kira ini bukan cinta, hanya maniak saja.

Sekarang, saat ini juga, mungkin aku sedang jatuh cinta. Atau, entah apa namanya. Untuk sementara sebut saja cinta. Aku jatuh cinta padanya yang teramat putih, yang terlalu lincah gerak geriknya, gesit. Aku jatuh cinta pada indah parasnya, aduhai bodinya. Ah, entah kapan aku bisa memilikinya. Selalu, dan selalu ingin memilikinya. Memiliki dia yang teramat aku cintai, mobil Ferrari warna putih. Aku sungguh cinta mati. Benarkah ini cinta? atau obsesi belaka?

Cinta. Aku kira aku tahu di mana aku bisa menemukan cinta, merasakannya. Di sana, di suatu tempat yang slalu bisa membuatku nyaman. Saat seseorang rela berbuat apa saja untukku, untuk kebahagianku. Saat seseorang takkan pernah tega melihat ku sengsara, terluka. Di sana, di rumahku. Di hangat keluargaku. Seperti itukah cinta?

Atau di sana, di mana kutemukan ketenangan luar biasa, kebahagiaan dalam jiwa saat menghadapnya. Dia memberiku segalanya. Walau terkadang aku lupa membalasnya. Dia selalu ada, meskipun tak setiap saat aku menghadirkannya. Dia penuh kasih, tak peduli pada siapa dan bagaimana. Mereka bilang, dia maha cinta.

Cinta, cinta, dan cinta. Apa yang kau tahu tentang cinta? Apakah pengorbanan? Seperti para pahlawan yang rela mati untuk negaranya yang dicinta. Seperti yesus, yang rela disalib demi hamba-hambanya. Ataukah kesetiaan? Seperti para abdi yang begitu setia pada rajanya. Sepertiku pada klub bola kesayanganku, tak peduli menang atau kalah, aku tetap setia. Aku, tak pernah tahu apa itu cinta. Tapi yang pasti, aku merasakannya, di sana, di dalam hatiku. Dengan segenap jiwa, aku cinta.

Saturday, May 11, 2013

Rasa Entah

Sebuah rasa, entah apa.
Bukan manis, 
tapi kadang terasa manis,
terlalu manis malah.

Bukan asin, juga asam.

Bukan pula pahit, 
tapi kadang terasa manis,
walau pahitnya sangat terasa.

Rasa, entah apa.

Bukan manis, juga pahit.
Bukan pula di antaranya.
Entah, rasa apa.